GarudaNews86: Bagi masyarakat Desa Pingkuk, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, hari Jumat Pon bukan sekadar penanda dalam kalender Jawa. Lebih dari itu, hari ini memiliki makna sakral yang diwariskan secara turun-temurun dan dijaga dengan penuh hormat oleh warga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, nilai itu kembali diwujudkan dalam tradisi Bersih Desa, yang puncaknya digelar di Punden Dukuh Banjar, Jumat (29/8/2025).
Tradisi tahunan yang selalu dilaksanakan pada bulan Suro ini tak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat kebersamaan dan gotong royong antarwarga. Rangkaian kegiatan Bersih Desa telah digelar di lima titik berbeda, sebelum dipusatkan di Dukuh Banjar sebagai lokasi utama.
Kepala Desa Pingkuk, Ajis Santoso, menyampaikan bahwa tradisi Bersih Desa merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas rezeki yang telah diterima, sekaligus simbol penghormatan terhadap para pendahulu.
“Ini adalah warisan budaya yang harus kita jaga bersama. Selain menjaga nilai-nilai tradisi, kegiatan ini juga memperkuat ikatan sosial masyarakat,” ujarnya.
Salah satu yang menjadi daya tarik dalam puncak acara tahun ini adalah pertunjukan tayuban, sebuah seni pertunjukan tradisional yang masih lestari di tengah arus modernisasi. Ajis menekankan bahwa tayuban bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari identitas budaya yang patut dilestarikan.
“Tayuban ini merupakan simbol kekayaan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di Jumat Pon ini, masyarakat melaksanakan bersih desa di enam titik, diawali dengan doa bersama dan selamatan, dan ditutup dengan tayuban. Harapannya, tradisi ini tetap hidup dan tidak hilang ditelan zaman,” tambahnya.
Bagi warga Desa Pingkuk, Bersih Desa bukan hanya ritual seremonial semata. Ia menjadi ruang untuk memperkuat kebersamaan, menumbuhkan semangat gotong royong, serta menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan leluhur sebagai bagian dari jati diri yang harus terus diwariskan kepada generasi berikutnya. (Eng)
Editor: Redaksi